Didampingi Penyuluh, MT 2 Petani Cawas Siap Sukseskan IP 400
Kementerian Pertanian terus melakukan strategi pemenuhan kebutuhan pangan. salah satunya dengan menggenjot program prioritas yakni Optimalisasi Peningkatan Indeks Petanaman atau yang lebih di kenal OPIP.
Saat ini indeks pertanaman padi 400 atau IP Padi 400 menjadi pilihan yang menjanjikan guna meningkatkan produksi padi tanpa memerlukan tambahan fasilitas irigasi dan pembukaan karena lahan baru. Dengan OPIP/IP 400 petani menanam dan memanen padi empat kali dalam setahun pada hamparan lahan yang sama.
Kunci keberhasilan IP 400 adalah air, mekanisasi dan penggunaan benih umur genjah dan super genjah dengan persemaian di luar (sistem culik, dapog, tray). Dengan teknik semai benih diluar areal tanam berumur 15 sampai 25 HSS dan langsung ditanam, berarti waktu panen lebih cepat dihitung dari hari setelah tanam (HST).
Koordinator Penyuluh Kecamatan Cawas, Tut Wuri Handayani, mengungkapkan bahwa Kecamatan Cawas termasuk salah satu lokasi pengembangan padi program IP 400 seluas 450 ha. Lokasinya tersebar di 8 desa yang berpotensi lahan sawah irigasi dan tersedia air yang cukup sehingga bisa menanam terus menerus selama setahun tanpa jeda.
Sementara itu Camat Cawas, Moh. Prihadi mengatakan, pihaknya sangat mendukung desa yang mendapatkan program IP Padi 400. Dirinya menghimbau agar program tersebut betul-betul dikawal semaksimal mungkin serta selalu dikomunikasikan ke penyuluh selaku petugas pendamping terkait kendala di lapangan.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Widiyanti juga menyampaikan dukungan sepenuhnya terkait program IP 400 tersebut. Dalam pelaksanaan program OPIP IP 400 terdapat empat faktor kunci sebagai pendukung yaitu penggunaan benih varietas padi umur sangat genjah (90-104 hari), pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) dilakukan lebih operasional, pengelolaan hara secara terpadu dan spesifik lokasi serta manajemen tanam dan panen yang efisien.
Karena itu, lahan disiapkan dengan cara olah tanah minimal sebelum bibit ditanampindahkan. Jeda waktu dari panen ke tanam hanya 5-10 hari, sehingga perlu mekanisasi demi percepatan tanam dengan menggunakan traktor, serta kecepatan panen menggunakan combine harvester serta penyiapan lahan yang diberi bahan dekomposer jerami dan singgang.
“Yang tak kalah penting adalah SDM pertanian, jadi pengungkit produktivitas dan pengungkit produksi itu adalah inovasi teknologi,” ujar Dedi Nursyamsi.
Reporter : Tut Wuri Handayani/ Yeniarta