Kementan: Komoditas Kedelai Nasional Bangkit
Kementerian Pertanian melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan kedelai nasional, agar petani kembali tertarik menanam kedelai. Untuk mendukung itu, Kementerian Pertanian memfasilitasi pengembangan kedelai seluas 52 ribu Ha.
“Di Tahun 2022 Kementerian Pertanian melakukan upaya menjamin ketersediaan kedelai utamanya untuk mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga melalui fasilitasi pengembangan 52 ribu hektar kedelai yang tersebar di 16 daerah,” tegas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
“Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam, tenaga kerja milenial, inovasi dan teknologi yang tidak kalah dengan Negara lain, potensi ini jika kita gunakan dengan baik saya yakin mimpi kita mengembalikan swasembada kedelai akan tercapai,” kata Dedi.
Tut Wuri, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Cawas, mengatakan bantuan yang diterima oleh petani berupa benih kedelai varietas Grobogan, NPK non subsidi, pupuk hayati dan pestisida nabati.
Ia melanjutkan, proses tanam dimulai dengan melakukan penyiapan lahan pasca tanam padi. Setelah selesai panen padi, puncak penanaman kedelai baik program gertam maupun penanaman reguler dilaksanakan bulan Mei-Juni.
Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementan, yang diwakili Direktur Aneka Kacang dan Umbi (Akabi) Yuris Tiyanto, mengatakan gerakan tanam kedelai di Desa Burikan digelar dan bekerja sama dengan Fakultas Pertanian UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta. Hal ini disampaikan saat pencanagan tunas bangkit kedelai dan gertam kedelai di Desa Burikan.
Dilakukannya pencanangan tunas bangkit kedelai di Desa Burikan diharapkan akan membangkitkan wilayah lain khususnya di Kabupaten Klaten untuk kembali menanam kedelai berkelanjutan.
Dengan begitu, diharapkan kedelai akan bangkit guna mengurangi impor kedelai. Indonesia selama 25 tahun melakukan impor kedelai karena produksi dalam negeri baru bisa memenuhi kebutuhan 30%. kebangkitan kedelai perlu dukungan stakeholders termasuk masyarakat dan media massa.
Bupati Klaten, Sri Mulyani, menjelaskan kendala pengembangan tanaman kedelai di Klaten. Menurutnya, hal ini terjadi karena penurunan minat petani untuk menanam kedelai.
“Disebabkan harga kedelai yang rendah, hanya sekitar Rp9.000, sedangkan harga kacang hijau di pasar saat ini sudah mencapai Rp13.000 per kilogram. Jadi rendahnya harga kedelai ini menurunkan minat petani menanam kedelai. Kami mengharapkan pemerintah pusat memberikan terobosan agar harga kedelai semakin stabil dan petani kedelai menjadi lebih sejahtera,” jelas Sri Mulyani.
Oleh : Tut Wuri/ Yeniarta
Telah terbit di : https://www.tanimodern.com/