Lesti Syantik, Program Banyuwangi Atasi Serangan Hama Tikus
“Lesti Syantik” atau Lestarikan Tyto Alba Si Pemangsa Tikus, adalah sebuah program yang digagas oleh Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi. Program ini diluncurkan pada 24 Agustus 2022 oleh Bupati Banyuwangi bersamaan dengan acara “bunga Desa”.
“Bunga Desa” alias Bupati Ngantor di Desa kali ini dilaksanakan di Desa Kedungsari, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi. Selain meluncurkan Lesti Syantik, Ipuk Fiestiandani, Bupati Banyuwangi, juga menyerahkan secara simbolis 27 unit rubuha (rumah burung hantu) oleh Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi ke petani di Kecamatan Tegaldlimo.
Jenis burung hantu atau Tyto Alba dipilih sebagai predator dikarenakan memiliki kemampuan mendeteksi mangsa dari jarak jauh, memiliki pendengaran yang sangat tajam serta mampu terbang dan menyergap mangsanya dengan cepat tanpa suara. Ukuran tubuhnya pun relatif lebih besar, mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan cepat berkembang biak.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengingatkan kepada para petani dan pihak-pihak terkait untuk mengantisipasi serangan hama yang bisa merusak lahan pertanian. Menurutnya, produktivitas pertanian tidak boleh terganggu dalam kondisi apapun.
"Pangan tidak boleh bermasalah. Pangan tidak boleh bersoal. Produksi harus dijaga. Petani dan penyuluh harus mengantisipasi berbagai gangguan yang bisa terjadi. Serangan hama tikus dapat mengganggu dan itu harus segera diatasi,” kata SYL.
Dalam sehari, Tyto alba besar dapat memangsa tikus hidup sebanyak 3-5 ekor dengan jangkauan terbang hingga 12 km. Tyto alba juga mampu mendengar suara tikus dari jarak 500 m sehingga merupakan alternatif solusi yang paling efektif untuk menekan populasi tikus.
“Tyto alba kalau siang tidur dan lucu sekali, bila malam mulai beraksi, memangsa tikus dengan tajam dan cepat,” ujar Ipuk, Bupati Banyuwangi
“Pilot Project rubuha di Kecamatan Tegaldlimo saat ini telah tersedia sejumlah 60 unit, yang tersebar 10 unit di Desa Kedungasri, 20 unit di Desa Purwoagung dan Purwoasri; 8 unit di Desa Kedungwungu dan 2 unit di Desa Kalipait. Sementara itu, total rubuha di Kabupaten Banyuwangi saat ini mencapai 342 unit,” tambah Ipuk.
Sementara itu menurut Mohammad Khoiri, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, mengatakan, bahwa melalui program Lesti Syantik, diharapkan keberadaan burung hantu akan semakin meningkat diiringi dengan penurunan hama tikus sehingga produksi padi dan pendapatan petani semakin meningkat.
Penggunaan burung hantu sebagai pengendali tikus tidak memerlukan biaya dan tenaga yang besar, meningkatkan efisiensi waktu petani dan yang paling penting adalah tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Petani hanya perlu memfasilitasi Tyto alba dengan rubuha dan dipasang di sekitar sawah.
Pembangunan rubuha bertujuan sebagai tempat transit burung hantu liar dan diharapkan menjadi tempat tinggal bagi burung hantu untuk bisa berkembang biak, sehingga keberadaan burung hantu juga dapat dilestarikan.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi selalu memberikan apresiasinya atas upaya penyuluh dan petani dalam menjaga lahan pertanian. Menurutnya, produksi jangan sampai terganggu oleh ancaman pertanian seperti perubahan iklim, cuaca ekstrim, dan gangguan hama, salah satunya tikus.
"Oleh karena itu tikus harus dikendalikan agar pertanian tidak terganggu,” tegas Dedi Nursyamsi. AML/TH/YNI
"Oleh karena itu tikus harus dikendalikan agar pertanian tidak terganggu,” tegas Dedi Nursyamsi. AML/TH/YNI
Telah terbit di : https://www.swadayaonline.com/