PPID Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

PPID Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan

Optimalisasi Potensi Hortikultura Melalui Adopsi Smart Farming di Kota Batu




Kota Batu merupakan pemekaran dari Kabupaten Malang di Provinsi Jawa Timur. Dengan luas areal 19.908 hektar, topografi Kota Batu tersusun dari gugusan perbukitan yang dikelilingi oleh Gunung Panderman (2020 meter dpl), Gunung Welirang (3.156 meter dpl), Gunung Arjuno (3.339 meter dpl). Jenis tanahnya terdapat empat macam meliputi Andosol, Kambisol, Aluvial dan Latosol. Andosol dan Kambisol sendiri dikenal sebagai jenis tanah yang subur dan cocok untuk budidaya pertanian.

Kota Batu terletak di dataran tinggi sehingga memiliki suhu udara yang rendah dan kelembaban yang tinggi. Kondisi iklim ini sangat cocok untuk pengembangan pertanian khususnya hortikultura, didukung dengan sumber air berlimpah baik dari Sungai Brantas maupun sumber air tanah. Tak heran jika, Kota Batu tumbuh pesat menjadi sentra hortikultura di Jawa Timur.

Dalam rangka peningkatan produktivitas hortikultura di Kota Batu, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan yang bekerja sama dengan Korea Agency of Education, Promotion, and Information Service in Food, Agriculture, Forestry, and Fisheries (EPIS) melaksanakan preliminary feasibility study terkait Enhancing Millenial Farmers Income by Adopting K-Smart in Indonesia.

Project Action Officer (PAO) Mr. Han Hyuk Joo menyatakan kegiatan ini dilakukan dalam rangka pengumpulan data dasar untuk menentukan strategi peningkatan pendapatan petani muda melalui penggunaan teknologi Smart Farming khususnya pada komoditas tomat, paprika, dan strawberry.

Selain koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu terkait penggalian data, rombongan juga melaksanakan survey lapangan ke petani tomat dan paprika. Yang pertama menuju Masudi, petani tomat dan paprika di Desa Sumber Brantas dan dilanjutkan ke Sulih Hari, petani strawberry di Desa Pandanrejo. Rombongan menggali informasi tentang operasional greenhouse dan pemanfaatan smart farming yang telah dilakukan seputar teknis budidaya dalam greenhouse maupun aspek pemasaran.

Menurut Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Harijadi Agung Setijana, petani hortikultura di Kota Batu telah berusaha mengadopsi teknologi smart farming dengan penggunaan green house yang masih sederhana dikarenakan masih terkendala modal investasi awal yang cukup tinggi.

“Para petani di Kota Batu sebagian besar masih menerapakan teknik budidaya secara konvensional di lahan terbuka. Semoga dengan adanya program ini, bisa membantu dalam pengembangan sumberdaya manusia di Kota Batu untuk meningkatkan produksi dan produktivitas serta membantu membuka peluang pemasaran yang lebih luas khususnya untuk komoditas hortikultura,” kata Harijadi.

Hal ini selaras dengan pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), kemampuan sumber daya manusia (SDM) bagi pelaku utama terhadap teknologi masih harus didorong agar menerima dan melaksanakan rekomendasi sehingga bisa memicu peningkatan teknologi pertanian.

“Pengembangan SDM secara massif adalah mengadopsi teknologi yang dapat memacu dan memicu peningkatan produktivitas petani di Indonesia," tegas SYL.

Mentan juga mengingatkan petani tidak perlu takut dan alergi mengadopsi teknologi pertanian.

Sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Dedi Nursyamsi juag mengatakan, bahwa pengembangan SDM Pertanian diarahkan pada peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk membentuk kepribadian yang mandiri bagi SDM pertanian, khususnya petani.

“Jika ingin pertanian maju, majukan dahulu kualitas SDM. Karena SDM yang berkualitas bisa menghadirkan inovasi dan terobosan-terobosan teknologi yang dibutuhkan pertanian," tegas Dedi Nursyamsi. SY/DM/YNI

Telah terbit di : www.swadayaonline.com