PPID Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

PPID Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan

Duta Petani Milenial Asal Kediri Geluti Pertanian Berbasis IoT




Jaka Ramadhan Ahmad Kurniawan adalah satu dari sekian banyak pemuda yang menggeluti dunia pertanian. Ia saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa semester lima jurusan agroteknologi di Universitar Kadiri, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Baginya hidup harus diisi dengan hal-hal menfaat untuk masa depan.

Waktu adalah karya, itu juga yang menjadikan Rama, sapaan akrabnya, bergabung di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Hikmah Farm Kediri untuk berbagi ilmu kepada siapa saja yang ingin maju utamanya di jalur internet of things (IoT). Hari-harinya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, antara menimba ilmu di lembaga akademisi dan berbagi ilmu lembaga sosial kemasyarakatan di Hikmah Farm.

Hal ini menegaskan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang mengatakan jika peningkatan produktivitas adalah salah satu fokus utama Kementerian Pertanian.

“Kita ingin semua program bisa berjalan dengan maksimal. Kawal pembangunan pertanian dengan baik, kawal juga peningkatan produktivitas agar kita bisa mencapai ketahanan pangan,” kata Mentan Syahrul.

Sebagai sebuah lembaga, Hikmah Farm tumbuh dari kalangan masyarakat pertanian, berawal dari perkumpulan keagamaan dan akhirnya berdiri sebuah P4S yang mengusahakan jasa tidak saja pada core bisnis di pelatihan atau permagangan budidaya sayuran hidroponik, tetapi juga rakitan instalasi pembuatan nutrisi tanaman serta pemanfaatan aplikasi pada jaringan internet berbasis android.

Sebagai salah satu duta petani milenial, keterlibatan Rama di P4S Hikmah Farm telah dilakukan sejak berdirinya P4S pada tahun 2019, dan hingga kini dipercaya untuk memegang kendali pada materi permagangan berbasis IT. Sejak tahun 2021, Rama menggeluti dunia IoT dan ia terapkan pemanfataannya pada smart green house milik P4S Hikmah Farm. Dan diaplikasikan untuk 7 parameter atau sensor, yang terdiri dari 4 sensor klimatologi (suhu ruangan, kelembaban, tekanan udara intensitas cahaya) dan 3 sensor larutan nutrisi (pH meter, PPM/EC meter, suhu larutan). Ketujuh parameter tersebut berfungsi sebagai referensi untuk eksekusi budidaya hidroponik. Jadi dengan pemanfaatan aplikasi ini pemilik green house hidroponik tidak perlu sibuk untuk melakukan pengontrolan tanaman miliknya, karena pengontrolan pemeliharaan tanaman hidroponik dapat dilakukan dari jarak jauh.

Rama menuturkan, bahwa smart green house merupakan hasil kerjasama Tim IT P4S Hikmah Farm dan Tim IT dari Kabupaten Malang, dimana keduanya tergabung dalam komunitas Hidroganik Indonesia.

“Jadi fungsi IoT ini sangat bermanfaat untuk smart farming, misalkan kegunaan kipas angin yang berada di dalam green house, telah diatur kapan akan berhenti dan kapan akan hidup kembali, hal ini dimaksudkan untuk menjaga suhu ruangan dalam green house. Ketika suhu ruangan di atas suhu standar yang dibutuhkan maka kipas akan hidup, dan berhenti ketika suhu ruangan telah sesuai dengan standar,”ujar Rama.

Teknologi smart farming berpotensi menjangkau peluang pasar yang lebih luas dan dapat dicapai dengan produk serta tenaga kerja terstandar melalui implementasi sistem agribisnis modern.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan, Smart Farming dikembangkan sebagai salah satu respon adaptif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi global.
Penerapan Smart Farming dapat mencapai efisiensi biaya dan waktu produksi, peningkatan kualitas dan skala usaha, serta mitigasi iklim melalui penggunaan sumberdaya alam secara bijak.

“Keutungannya dapat membantu petani milenial untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan, meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, meningkatkan biodiversitas serta konservasi air. Selain itu, keuntungan lain yang diperoleh adalah meningkatkan produksi tanaman hingga 20 persen,” tutur Dedi. SY/NRLA/YNI

Telah terbit di : www.swadayaonline.com