Kelola Dana PUAP, Gapoktan Tulus Widodo Belajar di BBPP Ketindan
Malang---Permodalan kerap menjadi masalah yang serius bagi petani. Pengelolaan dana PUAP yang tepat diharapkan dapat membantu petani untuk mengenbangkan usahanya menjadi lebih maju, mandiri dan modern.
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Program yang dikembangkan sejak tahun 2008 ini bertujuan untuk membiayai kegiatan budidaya (on farm) dan non budidaya (off farm) mulai dari penyediaan sarana produksi, industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil dan usaha lain berbasis pertanian.
Bila pengelolaan dan pemanfaatannya tepat, maka fasilitas bantuan modal ini tidak akan menguap (hilang). Petani mampu memanfaatkan fasilitas ini untuk mengembangkan usaha dan mampu mengembalikan modal secara tepat waktu dan tepat jumlah.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tulus Widodo Desa Kedungsari, Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu Gapoktan yang menerima bantuan PUAP pada tahun 2012. Kini mereka telah mengembangkan dana PUAP untuk kegiatan simpan pinjam anggota Gapoktan yang terdiri dari 2 Kelompok Tani yaitu Tulus Widodo I dan II.
Guna mengembangkan kapasitas Gapoktan dalam pengelolaan dana PUAP, sebanyak 19 orang pengurus dan anggota Gapoktan melakukan kunjungan ke Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan. Tidak hanya belajar tentang pengelolaan dana PUAP, Gapoktan juga belajar tentang teknologi budidaya padi ramah lingkungan.
Materi pengelolaan dana PUAP disampaikan Nining Hariyani, Widyaiswara BBPP Ketindan Bidang Sosial Ekonomi Pertanian. Materi tersebut disampaikan dengan metode ceramah, tanya jawab, brainstorming dan diskusi. Pendekatan yang dilakukan adalah discovery learning.
Nining mengatakan, peserta diajak untuk lebih mengenal apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan Gapoktan baik dalam hal kegiatan pemberdayaan masyarakat, optimalisasi potensi agribisnis, fasilitas modal usaha petani kecil dan penguatan serta pemberdayaan kelembagaan.
"Semakin mereka mengenal jati diri Gapoktan, diharapkan mereka semakin tahu potensi apa yang belum dimanfaatkan dan dioptimalkan untuk kemajuan dan kesejahteraan anggotanya," katanya.
Hal inilah menurut Nining, yang kemudian memacu kreativitas Gapoktan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan anggota misalnya penyediaan saprodi, jasa alsintan, pengolahan hasil, pemasaran dan lain – lain.
Melalui hasil diskusi, bentuk kegiatan/pelayanan yang sudah berjalan dengan baik adalah fasilitas modal usaha petani kecil dalam bentuk simpan pinjam walaupun dalam pelaksanaannya masih menghadapi banyak kendala misalnya pengembalian dana yang macet.
Nining menyampaikan, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan KSP menjadi semakin baik. Selanjutnya diberikan simulasi pencatatan simpan pinjam dan contoh kontrak pinjaman beserta cara perhitungannya baik dengan sistem bagi hasil maupun jasa (bunga) sebagai bagian dari literasi dan edukasi keuangan.
Hal penting yang harus ditekankan kepada anggota bahwa pinjaman adalah simpanan para anggota. Dengan demikian, tiap anggota harus memiliki komitmen dan rasa tanggung jawab untuk segera mengembalikan. Semakin cepat kembali maka dana tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk anggota yang lain.
Nining menyampaikan, perlu adanya regenerasi terkait kepengurusan Gapoktan Tulus Widodo dengan memberdayakan petani milenial agar dapat belajar bagaimana cara memimpin para petani. “Pelayanan KSP perlu ditingkatkan tidak hanya pada kegiatan budidaya saja, tapi juga pada unit penyedia prasarana dan sarana produksi pertanian, unit pengolahan hasil pertanian, unit pemasaran dan lain-lain,” katanya.
Hal tersebut sejalan dengan arahan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Prof. Dedi Nursyamsi, kegiatan kelembagaan ekonomi petani akan berjalan semakin baik bila mampu menjalankan agribisnis secara utuh mulai dari hulu hingga hilir.
“Seluruh kegiatan pertanian harus berorientasi bisnis dan menghasilkan keuntungan (uang). “Melalui bantuan permodalan di tingkat petani, diharapkan kegiatan pertanian semakin maju, mandiri dan modern," katanya.
Reporter : Nining Hariyani/ Yeniarta
Editor : Yulianto
Telah terbit di : https://tabloidsinartani.com/