Kementan Dorong Praktik Pertanian Ramah Lingkungan di Kab Gresik
GRESIK – Perubahan iklim dan ketergantungan pada pupuk sintetik menjadi salah satu penyebab utama keadaan yang tidak pasti yang dihadapi oleh petani, selain ketersediaan pasar saat masa panen.
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Gresik, melatih petani dan petugas penyuluh pertanian Gresik dalam pengembangan kapasitas kelembagaan petani di kecamatan dan desa.
Tema dan materi yang disampaikan tentang pengolahan limbah pertanian secara bioteknologi. Kegiatan dilaksanakan pada 30 September sampai dengan 1 Oktober 2024, di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sidayu.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan pemerintah terus mereformasi pertanian tradisional ke pertanian modern yang lebih efisien serta mampu menekan biaya hingga 50 persen.
“Teknologi dan mekanisasi yang presisi adalah poin yang juga kami sampaikan untuk meningkatkan produktivitas dan indeks pertanaman padi di lahan rawa,” kata Mentan Amran.
Indonesia, kata Mentan Amran telah melakukan upaya dalam mengelola sektor pertanian yang lebih maju. Salah satu fokus utamanya adalah memperkuat program ketahanan pangan untuk komoditas beras, jagung, dan kedelai melalui penyediaan input yang berkualitas kepada petani. Disisi lain, Mentan menyampaikan bahwa Indonesia juga terus mengembangkan sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti, menuturkan bahwa petani dan penyuluh pertanian adalah faktor utama dalam peningkatan produksi padi nasional.
Dalam pelatihan “Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Petani” yang disampaikan oleh widyaiswara BBPP Ketindan, Saptini Mukti Rahajeng, peserta menerima materi pengolahan limbah secara alami menggunakan dekomposer dan bahan hayati yang dapat meningkatkan nilai tambah limbah dan mengatasi masalah lingkungan.
“Selain itu, diperkenalkan teknologi pertanian alami, atau natural farming yang awalnya dikembangkan di Korea dan dikenal sebagai KNF (Korean Natural Farming). Sebuah pendekatan bioteknologi diperkenalkan sebagai pendekatan ramah lingkungan sebagai strategi menjaga keberlanjutan produksi di lapangan, terutama pada lokasi-lokasi yang menjadi sentra produksi pangan secara intensif,”jelas Saptini Mukti Rahajeng widyaiswara yang mengajar pada pelatihan tersebut.
Pengolahan limbah pertanian secara bioteknologi menjadi tema yang diangkat, untuk memperkenalkan teknologi ramah lingkungan yang dapat dijangkau oleh petani di lapangan.
“Selama ini kita terlalu takut untuk melibatkan Bioteknologi, karena selain dikenal mahal juga dikenal sebagai penghasil produk rekayasa genetik yang masih dipercaya dapat mengganggu kesehatan. Padahal Bioteknologi dilakukan secara konvensional melalui teknik fermentasi, sudah umum diaplikasikan oleh masyarakat” jelas Ajeng sapaan akrabnya.
Ajeng menambahkan, teknik rekayasa genetik justru dilakukan untuk mengatasi masalah produksi dalam waktu yang relatif lebih cepat, seperti penyediaan benih tanaman yang tahan terhadap serangan hama atau penyakit, sehingga penggunaan obat-obatan tanaman yang membahayakan kesehatan dapat dikurangi.
Selain kegiatan klasikal, peserta diajak berpraktik pengolahan limbah dengan penambahan agen hayati. Selain itu, mereka melakukan isolasi dan perbanyakan isolat IMO (Indigenous Microorganism) atau mikroorganisme lokal dari tanah sehat di sekitar.
“Supaya kedepan petani dapat berdaya menyediakan sendiri saprotan ramah lingkungan, dengan memanfaatkan bahan-bahan potensial yang ada di sekitarnya,” tambah Ajeng.
Diharapkan di Kabupaten Gresik berkembang penerapan pengolahan limbah pertanian dan produksi pangan ramah lingkungan, hingga kemudian dibangun peluang pasar dengan memanfaatkan keberadaan sentra industri di sekitarnya, harap Ajeng kepada peserta pelatihan. Saptini Mukti Rahajeng/Yeniarta
Telah terbit di : lajurpertanian.com/2024/10/05/kementan-dorong-praktik-pertanian-ramah-lingkungan-di-kab-gresik/